Sabtu, 08 Februari 2014


    Semua orang pasti punya yang namanya cerita cinta, nah aku mau berbagi cerpen nih ke kalian. Ini adalah cerita cintaku yang mungkin aja seperti cerita cinta kalian.. Selamat Membaca!!

Cinta Pertamaku
     Hai namaku Kinan Vera Nirmala. Ini ceritaku ketika aku kelas 8 SMP. Menurut kalian apa sih cinta pertama itu? Apa sih sayang itu? Mungkin indah ya yang namanya cinta pertama itu. Nah di kelas 8 SMP ini aku merasakan yang namanya cinta pertama. Cinta yang benar-benar tumbuh dari dalam hati.
                Kring... bel istirahat berbunyi, saatnya untuk jajan dikantin. Semua teman – temanku langsung beranjak keluar kelas untuk mengisi perut yang kosong. Kecuali aku dan Anisa sahabatku. Suasana kelas menjadi hening. Tetapi keheningan itu terpecah saat seorang anak laki – laki berlari dihadapanku. Namanya Ian Aditya Firmansyah. Menurutku dia adalah cowok terkeren dikelas. Dia manis, perfect,punya jiwa kepemimpinan lagi. Keren banget kan ? Tatapanku terpecah saat Anisa mengagetkanku  “Hei, lihat apa kamu ?” Anisa ingin tau. “Emm nggak ngeliat apa-apa  kok! hehe” jawabku dengan gugup. “Bohong pasti lihat Ian kan ? suka ya ? Ayo ngaku” kata Anissa. “Apa Ian ? nggak lah sapa juga yang suka sama Ian” cetusku. Pembicaraanku terpotong saat Lani, Dhea, Jingga dan Rara datang dengan membawa makanan,mereka semua adalah sahabatku. “Ehh eh ada gosip baru lho !” Kata Anissa. “Apa-apa ?” Lani penasaran. “ternyata Kinan suka sama Ian” lanjut Anissa. “Cie...Cie...” sahut Dhea . “Ih... Apa sih nis ? aku nggak suka sama Ian, percaya deh “ sahutku. “ Tatapan matamu ke Ian itu sudah menjadi bukti kalau kamu suka sama Ian” cetus anissa. “Emang kalau menatap berarti suka ?” kesalku. “Nggak sih , tapi tapi tadi aku bener-bener ngelihat tatapan yang berbeda dimatamu nan ”Celoteh anissa. “Sudah... sudah...  jangan ribut nanti berantem loh!” Kata Rara. “Emang bener Nan kamu suka sama Ian?” tanya Jingga. “Enggk Ga... percaya deh” Jawabku. “Emang sih Ian itu keren, manis,tampan juga... apa salahnya kalau kamu suka sama Ian?” Kata Lani. Lagi – lagi pembicaraan kita terpotong, karena bel masuk sudah berdering. Saatnya pelajaran MTK. Dimata pelajaran ini , aku sedikit Bad Mood karena tingkah laku sahabat – sahabatku yang tidak sedikitpun percaya padaku.
                90 menit pun berlalu. Saatnya pergantian jam pelajaran, tetapi tak ada sedikit pun kata – kata yang keluar dari mulutku. Lalu Anissa yang duduk sebangku denganku heran, yang biasanya aku paling cerewet, ini malah diam. ”Hei Nan, kenapa kamu diam? Ada masalah?” Anissa heran. “Emm... enggak kok, aku cuma males aja mau ngomong.” Sahutku. Suasana kelas yang ramai membuat aku semakin malas untuk berbicara. “teman teman diam ... kelas disebelah ada pelajaran, jangan ramai! Pak Yadi sekarang ada rapat, jadi kita disuruh ngerjakan LKS IPA BAB 01!” perintah Ian sebagai ketua kelas. “Ehem... ada yang lagi ngumumin tuh... dengerin Nan!” Ejek Anissa. “Apa sih Nis?” kesalku. “Kamu kenapa Nan?” tanya Dhea. “Nggak kok aku nggak apa – apa.” Jawabku. “Sungguh?”Lanjut Dhea. “Iya kok.. aku nggak apa – apa.. ” Sahutku dengan nada agak tinggi. Suasana kelas menjadi hening. Semua teman – temanku mengerjakan tugas dari Pak Yadi, termasuk aku dan sahabat – sahabatku. Tak terasa bel pulang berdering. Kami semua segera membereskan barang – barang, lalu doa dan pulang.
                Sesampai dirumah, aku langsung termenung, memikirkan si ketua kelas. “Emang sih dia itu tampan, manis, keren, lucu, baik. Tapi sayang, dia sudah ada yang punya..” Kataku dalam hati. “Kinan.. Kinan makan dulu! Itu ada makanan kesukaanmu.” Mama mengagetkanku. “Oh iya ma!” Jawabku. Lalu aku ke dapur untuk makan siang. Setelah makan siang, aku memutuskan untuk tidur, karena aku lelah. Aku tak tau apa yang menyebabkan aku selalu mikirin Ian. Mau makan, Mau tidur, Selalu mikirin Ian. Akhirnya aku tidur siang dengan lelap. Sekitar pukul 5 sore aku bangun dan segera mandi lalu belajar. Sekitar pukul 9 malam, aku mengirim pesan kepada Anissa dan menceritakan apa yang terjadi tadi siang.
                Nis, skrng aku koq mikirin Ian trus yh? Mau makan, mau tidur, mau belajar pun aku mikirin dia tus... L hmm knp yh?
Beberapa menit kemudian ponsel ku berbunyi.. tanda ada pesan masuk dari Anissa. Lalu aku membukanya.
                 Ya... itu mah nmany kmu jtuh cnta sma dia... bnr kn dugaanku? Kmu ska sma Ian? :D
Pesan dari Anissa segera aku balas.
                Suka? Emmm  J iya sih.. sedikit.. tpi kn cma  SDKIT Nis... ndk bnyk... J
Lagi – lagi ponselku bergetar,  bertanda ada pesan masuk dari Anissa.
     Ciee... sdkit ktnya... kmu prnh dnger pribhsa” Sdkit2 lma2 jdi bkit ” kn? Nah sma kyk itu nnti cnta u k Ian thu tmbh besar...
Tanpa kusadari aku tersenyum sendiri membaca pesan dari Anissa. Aku tak membalas pesan dari Anissa karena aku benar – benar sangat mengantuk.
                Tepat pukul 06.30 aku berangkat ke sekolah dengan perasaan yang senang. Sampai kelas, Lani langsung bertanya kepadaku “Hei Nan, kamu beneran suka sama Ian?”. “Syutt.. perkecilkan suaramu nanti banyak anak – anak yang tau...” Jawabku. “Jadi kamu bener – bener suka sama
Ian?” tanya Dhea dengan nada yang kecil. “He’em!
J” aku mengangguk. “Cie... Cie..” Sahut sahabat – sahabatku serentak. Lalu Ian pun datang, aku menatapnya dengan senyum yang merona. Ian pun membalas senyumanku dengan manis. “Ternyata kalau Ian senyum manis banget... ”kataku dalam hati. Berhari – hari, berminggu – minggu, bahkan berbulan – bulan perasaan ini terus tumbuh. Tumbuh dari perasaan suka menjadi cinta, cinta menjadi sayang. Perasaan ini semakin menjadi – jadi. Sampai – sampai aku sering menceritakan tentang Ian kepada sahabat – sahabatku. Sampai suatu saat Lani berkata “Apa nggak ada topik lain ya selain Ian? Masak setiap hari yang diceritain Ian.. Ian.. Ian mulu.. bosen tau Nan!”. “Iya .. Iya maaf.. Abis aku sayang banget sih sama dia... jadi semua – semua itu tentang Ian. Mungkin ini kali ya yang namanya Cinta pertama?” jawabku sambil tersenyum. “Mungkin” sahut Anissa.
                Berbulan - bulan kemudian di kelas 9
                Perasaan itu tetap terjaga, namun semakin lama aku menyukainya, semakin dia menjauh. Entah apa yang ada dipikirannya. Tapi itulah yang terjadi. “Nis, dia kok ngejauh ya dari aku?” tanyaku. “ya aku nggak tau.. hehe”jawabnya dengan tertawa kecil. “Beneran
Nis.” Belanya dengan nada memelas. “Iya.. Iya ahh” Nisa melirik Ian yang sedang bercengkerama dengan teman – temannya. “Kalau aku lihat sih, emang agak – agak. Tapi, belum tentu Nan.”
                Walaupun Anissa sudah menyemangatiku, tapi aku tetap merasa bahwa Ian menjauh dariku. “ Ahhh!!” batinku.
                “Semakin lama kamu mencintai seseorang, maka orang yang kamu cintai akan tau juga..” itulah yang aku dengar dari Lani beberapa waktu lalu. Sepertinya. Mulai saat itu juga, aku mulai gelisah kalau – kalau dia tiba – tiba tahu kalau aku menyukainya.
Sore itu aku langsung membuka ponsel dan mengirim pesan ke Ira, teman akrab Ian.
     Ra, aku mw curhat nih..
Tak lama kemudian Ira membalas.
                Ya Nan, apa?
Ku balas pesannya dengan cepat.
                Aku tkut Ian ngjauh dri aku klo aku trnyta ska sma Ian! L
Beberapa menit kemudian....
                Enggk kok Nan, dia prnh blang k aku klo dia nggk akan ngejauhin ank2 yg ska sama dia.. ktnya tkut kena krma.
                Saat itu juga aku tersenyum dan kutinggalkan ponselku di atas kasur tanpa membalas pesannya. Kurasakan, aku mulai lega ketika Ira berkata seperti itu.
                 Keesokan harinya, aku langsung bercerita kepada kelima sahabatku. Komen mereka “Wahh! Nan dia ngasih kesempatan berarti!” sahut Jingga. “Kesempatan? Maksudnya?” tanyaku. “maksudnya dia tuh ngasih kesempatan ke kamu untuk nunjukin rasa sayangmu ke dia!” Seru Anissa. “Hmmm?” jawabku dengan nada yang heran dan sedikit salah tingkah.
                Ternyata benar kata Ira, kalau dia nggak mau ngejauhin anak – anak yang suka sama dia. Buktinya dia masih tetap menyapa aku seperti teman – teman yang lainnya. Tapi disisi lain, Rara memberitahuku bahwa Risa, Dita dan Rani juga suka sama Ian. Perasaanku langsung hancur setelah mendengar kata – kata itu.
Bel pulang berbunyi, tak ada yang ingin aku bicarakan lagi pada siapapun. Akhirnya aku bergegas untuk pulang. Sampai rumah, tanpa mengucapkan kata sedikitpun aku langsung masuk ke kamar dan menguncinya. Lalu aku terdiam, merenungi apa yang telah terjadi tadi. “aku tau itu hak mereka untuk suka sama Ian, tapi kenapa harus Ian? Kenapa?” resahku. “pokoknya aku harus bisa menjauh dari Ian dan MOVE ON dari dia, harus bisa... bagaimana pun caranya” tekadku.
                5 hari berjalan...
Aku sudah bisa menjauh dari dia. Dan hampir bisa  MOVE ON. Tetapi setelah aku fikir – fikir, setiap aku akan melangkah manjauh dari Ian, rasa sayang itu terus tumbuh. Malah semakin sayang. Tapi aku nggak boleh nyerah gitu aja, aku harus bisa menjauh dari Ian. Dan Hampir 3 minggu aku bisa ngelupain dia. Tapi rasa sayang itu terus saja tumbuh. Dan pada akhirnya aku tahu kalau Ian sudah punya pacar dan aku tidak mengenal siapa wanita itu. Sekarang aku hanya bisa berserah diri pada Tuhan. Apapun yang direncanakan olehnya, pasti itu yang terbaik buat aku. Dan inilah akhir cerita cintaku.

TAMAT