Semua orang pasti punya yang namanya cerita cinta, nah aku mau berbagi cerpen nih ke kalian. Ini adalah cerita cintaku yang mungkin aja seperti cerita cinta kalian.. Selamat Membaca!!
Cinta Pertamaku
Hai namaku Kinan Vera Nirmala.
Ini ceritaku ketika aku kelas 8 SMP. Menurut kalian apa sih cinta pertama itu?
Apa sih sayang itu? Mungkin indah ya yang namanya cinta pertama itu. Nah di
kelas 8 SMP ini aku merasakan yang namanya cinta pertama. Cinta yang benar-benar
tumbuh dari dalam hati.
Kring...
bel istirahat berbunyi, saatnya untuk jajan dikantin. Semua teman – temanku
langsung beranjak keluar kelas untuk mengisi perut yang kosong. Kecuali aku dan
Anisa sahabatku. Suasana kelas menjadi hening. Tetapi keheningan itu terpecah
saat seorang anak laki – laki berlari dihadapanku. Namanya Ian Aditya
Firmansyah. Menurutku dia adalah cowok terkeren dikelas. Dia manis, perfect,punya
jiwa kepemimpinan lagi. Keren banget kan ? Tatapanku terpecah saat Anisa mengagetkanku “Hei, lihat apa kamu ?” Anisa ingin tau. “Emm
nggak ngeliat apa-apa kok! hehe” jawabku dengan gugup. “Bohong pasti lihat Ian kan ? suka ya ? Ayo
ngaku” kata Anissa. “Apa Ian ? nggak lah sapa juga yang suka sama Ian” cetusku.
Pembicaraanku terpotong saat Lani, Dhea, Jingga dan Rara datang dengan membawa
makanan,mereka semua adalah sahabatku. “Ehh eh
ada gosip baru lho !” Kata Anissa. “Apa-apa ?” Lani penasaran. “ternyata Kinan
suka sama Ian” lanjut Anissa. “Cie...Cie...” sahut Dhea . “Ih... Apa sih nis ?
aku nggak suka sama Ian, percaya deh “ sahutku. “ Tatapan matamu ke Ian itu
sudah menjadi bukti kalau kamu suka sama Ian” cetus anissa. “Emang kalau menatap berarti suka ?” kesalku. “Nggak sih , tapi tapi tadi aku
bener-bener ngelihat tatapan yang berbeda dimatamu nan ”Celoteh anissa.
“Sudah... sudah... jangan ribut nanti
berantem loh!” Kata Rara. “Emang bener Nan kamu suka sama Ian?” tanya Jingga.
“Enggk Ga... percaya deh” Jawabku. “Emang sih Ian itu keren, manis,tampan
juga... apa salahnya kalau kamu suka sama Ian?” Kata Lani. Lagi – lagi
pembicaraan kita terpotong, karena bel masuk sudah berdering. Saatnya pelajaran
MTK. Dimata pelajaran ini , aku sedikit Bad Mood karena tingkah laku sahabat – sahabatku yang
tidak sedikitpun
percaya padaku.
90
menit pun berlalu. Saatnya pergantian jam pelajaran, tetapi tak ada sedikit pun
kata – kata yang keluar dari mulutku. Lalu Anissa yang duduk sebangku denganku
heran, yang biasanya aku paling cerewet, ini malah diam. ”Hei Nan, kenapa kamu
diam? Ada masalah?” Anissa heran. “Emm... enggak kok, aku cuma males aja mau ngomong.” Sahutku. Suasana kelas yang ramai
membuat aku semakin malas untuk berbicara. “teman teman
diam ... kelas disebelah
ada pelajaran, jangan ramai! Pak Yadi sekarang ada rapat, jadi kita disuruh
ngerjakan LKS IPA BAB 01!” perintah Ian sebagai
ketua kelas. “Ehem... ada yang lagi ngumumin tuh... dengerin Nan!” Ejek Anissa.
“Apa sih Nis?” kesalku. “Kamu kenapa Nan?” tanya Dhea. “Nggak kok aku nggak apa – apa.” Jawabku. “Sungguh?”Lanjut Dhea. “Iya kok.. aku nggak
apa – apa.. ” Sahutku dengan nada agak tinggi. Suasana kelas menjadi hening.
Semua teman – temanku mengerjakan tugas dari
Pak Yadi, termasuk aku dan sahabat – sahabatku. Tak terasa bel pulang
berdering. Kami semua segera membereskan barang – barang, lalu doa dan pulang.
Sesampai
dirumah, aku langsung termenung, memikirkan si ketua kelas. “Emang sih dia itu
tampan, manis, keren, lucu, baik. Tapi sayang, dia sudah ada yang punya..”
Kataku dalam hati. “Kinan.. Kinan makan dulu! Itu ada makanan kesukaanmu.” Mama
mengagetkanku. “Oh iya ma!” Jawabku. Lalu aku ke dapur untuk makan siang.
Setelah makan siang, aku memutuskan untuk tidur, karena aku lelah. Aku tak tau
apa yang menyebabkan aku selalu mikirin Ian. Mau makan, Mau tidur, Selalu
mikirin Ian. Akhirnya aku tidur siang dengan lelap. Sekitar pukul 5 sore aku
bangun dan segera mandi lalu belajar. Sekitar pukul 9 malam, aku mengirim pesan
kepada Anissa dan menceritakan apa yang terjadi tadi siang.
“Nis, skrng
aku koq mikirin Ian trus yh? Mau makan, mau tidur, mau belajar pun aku mikirin
dia tus... L hmm knp yh?”
Beberapa menit kemudian ponsel ku
berbunyi.. tanda ada pesan masuk dari Anissa. Lalu aku membukanya.
“Ya... itu mah nmany kmu jtuh cnta sma
dia... bnr kn dugaanku? Kmu ska sma Ian? :D”
Pesan dari Anissa segera aku balas.
“Suka?
Emmm J iya sih.. sedikit.. tpi kn cma SDKIT Nis... ndk bnyk... J”
Lagi – lagi ponselku bergetar, bertanda ada pesan masuk dari Anissa.
“Ciee...
sdkit ktnya... kmu prnh dnger pribhsa” Sdkit2 lma2 jdi bkit ” kn? Nah sma kyk
itu nnti cnta u k Ian thu tmbh besar... “
Tanpa kusadari aku tersenyum sendiri
membaca pesan dari Anissa. Aku tak membalas pesan dari Anissa karena aku benar
– benar sangat mengantuk.
Tepat pukul 06.30 aku berangkat
ke sekolah dengan perasaan yang senang. Sampai kelas, Lani langsung bertanya
kepadaku “Hei Nan, kamu beneran suka sama Ian?”. “Syutt.. perkecilkan suaramu
nanti banyak anak – anak yang tau...” Jawabku. “Jadi kamu bener – bener suka
sama
Ian?” tanya Dhea dengan nada yang kecil. “He’em! J” aku mengangguk. “Cie... Cie..” Sahut sahabat – sahabatku serentak. Lalu Ian pun datang, aku menatapnya dengan senyum yang merona. Ian pun membalas senyumanku dengan manis. “Ternyata kalau Ian senyum manis banget... ”kataku dalam hati. Berhari – hari, berminggu – minggu, bahkan berbulan – bulan perasaan ini terus tumbuh. Tumbuh dari perasaan suka menjadi cinta, cinta menjadi sayang. Perasaan ini semakin menjadi – jadi. Sampai – sampai aku sering menceritakan tentang Ian kepada sahabat – sahabatku. Sampai suatu saat Lani berkata “Apa nggak ada topik lain ya selain Ian? Masak setiap hari yang diceritain Ian.. Ian.. Ian mulu.. bosen tau Nan!”. “Iya .. Iya maaf.. Abis aku sayang banget sih sama dia... jadi semua – semua itu tentang Ian. Mungkin ini kali ya yang namanya Cinta pertama?” jawabku sambil tersenyum. “Mungkin” sahut Anissa.
Ian?” tanya Dhea dengan nada yang kecil. “He’em! J” aku mengangguk. “Cie... Cie..” Sahut sahabat – sahabatku serentak. Lalu Ian pun datang, aku menatapnya dengan senyum yang merona. Ian pun membalas senyumanku dengan manis. “Ternyata kalau Ian senyum manis banget... ”kataku dalam hati. Berhari – hari, berminggu – minggu, bahkan berbulan – bulan perasaan ini terus tumbuh. Tumbuh dari perasaan suka menjadi cinta, cinta menjadi sayang. Perasaan ini semakin menjadi – jadi. Sampai – sampai aku sering menceritakan tentang Ian kepada sahabat – sahabatku. Sampai suatu saat Lani berkata “Apa nggak ada topik lain ya selain Ian? Masak setiap hari yang diceritain Ian.. Ian.. Ian mulu.. bosen tau Nan!”. “Iya .. Iya maaf.. Abis aku sayang banget sih sama dia... jadi semua – semua itu tentang Ian. Mungkin ini kali ya yang namanya Cinta pertama?” jawabku sambil tersenyum. “Mungkin” sahut Anissa.
Berbulan - bulan kemudian di
kelas 9
Perasaan itu tetap terjaga,
namun semakin lama aku menyukainya, semakin dia menjauh. Entah apa yang ada
dipikirannya. Tapi itulah yang terjadi. “Nis, dia kok ngejauh ya dari aku?”
tanyaku. “ya aku nggak tau.. hehe”jawabnya dengan tertawa kecil. “Beneran
Nis.” Belanya dengan nada memelas. “Iya.. Iya ahh” Nisa melirik Ian yang sedang bercengkerama dengan teman – temannya. “Kalau aku lihat sih, emang agak – agak. Tapi, belum tentu Nan.”
Nis.” Belanya dengan nada memelas. “Iya.. Iya ahh” Nisa melirik Ian yang sedang bercengkerama dengan teman – temannya. “Kalau aku lihat sih, emang agak – agak. Tapi, belum tentu Nan.”
Walaupun Anissa sudah
menyemangatiku, tapi aku tetap merasa bahwa Ian menjauh dariku. “ Ahhh!!”
batinku.
“Semakin lama kamu mencintai
seseorang, maka orang yang kamu cintai akan tau juga..” itulah yang aku dengar
dari Lani beberapa waktu lalu. Sepertinya. Mulai saat itu juga, aku mulai
gelisah kalau – kalau dia tiba – tiba tahu kalau aku menyukainya.
Sore itu
aku langsung membuka ponsel dan mengirim pesan ke Ira, teman akrab Ian.
Ra, aku mw curhat nih..
Tak lama
kemudian Ira membalas.
Ya Nan, apa?
Ku balas
pesannya dengan cepat.
Aku tkut Ian ngjauh dri aku klo aku trnyta ska sma Ian! L
Beberapa
menit kemudian....
Enggk kok Nan, dia prnh blang k aku klo dia nggk akan ngejauhin ank2 yg
ska sama dia.. ktnya tkut kena krma.
Saat itu juga aku tersenyum dan
kutinggalkan ponselku di atas kasur tanpa membalas pesannya. Kurasakan, aku
mulai lega ketika Ira berkata seperti itu.
Keesokan harinya, aku langsung bercerita
kepada kelima sahabatku. Komen mereka “Wahh! Nan dia ngasih kesempatan
berarti!” sahut Jingga. “Kesempatan? Maksudnya?” tanyaku. “maksudnya dia tuh
ngasih kesempatan ke kamu untuk nunjukin rasa sayangmu ke dia!” Seru Anissa.
“Hmmm?” jawabku dengan nada yang heran dan sedikit salah tingkah.
Ternyata benar kata Ira, kalau
dia nggak mau ngejauhin anak – anak yang suka sama dia. Buktinya dia masih
tetap menyapa aku seperti teman – teman yang lainnya. Tapi disisi lain, Rara
memberitahuku bahwa Risa, Dita dan Rani juga suka sama Ian. Perasaanku langsung
hancur setelah mendengar kata – kata itu.
Bel pulang berbunyi, tak ada yang
ingin aku bicarakan lagi pada siapapun. Akhirnya aku bergegas untuk pulang.
Sampai rumah, tanpa mengucapkan kata sedikitpun aku langsung masuk ke kamar dan
menguncinya. Lalu aku terdiam, merenungi apa yang telah terjadi tadi. “aku tau
itu hak mereka untuk suka sama Ian, tapi kenapa harus Ian? Kenapa?” resahku.
“pokoknya aku harus bisa menjauh dari Ian dan MOVE ON dari dia, harus bisa...
bagaimana pun caranya” tekadku.
5
hari berjalan...
Aku sudah
bisa menjauh dari dia. Dan hampir bisa
MOVE ON. Tetapi setelah aku fikir – fikir, setiap aku akan melangkah
manjauh dari Ian, rasa sayang itu terus tumbuh. Malah semakin sayang. Tapi aku
nggak boleh nyerah gitu aja, aku harus bisa menjauh dari Ian. Dan Hampir 3
minggu aku bisa ngelupain dia. Tapi rasa sayang itu terus saja tumbuh. Dan pada
akhirnya aku tahu kalau Ian sudah punya pacar dan aku tidak mengenal siapa
wanita itu. Sekarang aku hanya bisa berserah diri pada Tuhan. Apapun yang
direncanakan olehnya, pasti itu yang terbaik buat aku. Dan inilah akhir cerita
cintaku.
TAMAT